Entah sejak kapan, ulang tahun bukan lagi hari yang kutunggu-tunggu. Mungkin sejak aku menghabiskan hari ulang tahun jauh dari keluarga; mungkin aku sudah tak tertarik lagi dengan konsep makan enak dan hadiah; atau mungkin benakku sudah berkonsep: ulang tahun tidak ada artinya tanpa orang-orang terdekat untuk diajak berbagi kebahagiaan.
Ketika kecil, kebahagiaan berarti es krim, chiki, kue ulang tahun, baju baru, hadiah, pesta ulang tahun yang dihadiri puluhan teman sekelas di Mc Donald's. Sederhana.
Seiring bertambahnya usia, itu semua bisa kubeli tanpa kesulitan. Yang tidak bisa kubeli adalah orang-orang yang aku ingin keberadaannya di dekatku.
Orang-orang datang dan pergi, ada yang meninggalkan jejak di hati, ada yang menginjak-nginjaknya dan berlalu, tapi kamu masih tinggal. Kata orang, yang paling penting dalam hidup bukanlah menjadi orang terkaya di dunia, orang tersukses nomor satu, pemenang nobel atau juara olimpiade, sebab di akhir hidupmu, kamu tidak akan meminta orang membawakan piala-pialamu untuk kau pandang terakhir kali, kau akan meminta orang-orang terdekatmu supaya bisa kau rasakan keberadaannya untuk terakhir kali.
Waktu adalah hadiah termahal yang bisa kau terima.
Seumur hidupku, kupikir hal paling mahal yang pernah kutuntut dari orang tuaku adalah meminta mereka menyekolahkanku di universitas pilihanku, jurusan sesuai inginku. Itu satu tahun lalu. Later I realized they've raised me till this very second of their life, and I don't even have to ask for such extremely unselfish sacrifice.
Kalau kamu pikir satu tahun adalah waktu yang sebentar, cukup mengejutkan bagaimana waktu sesebentar itu bisa membuatku sadar, itu adalah permintaan yang luar biasa egois.
Kamu masih bisa mengenali aku yang dulu, yang ekspresif, berantakan, si pemimpi yang optimis dan naif melihat dunia.
Tapi aku sudah berubah. Aku sudah menemukan tujuan. Bukan, bukan hanya sekedar kuliah di bidang jurnalistik dan menjadi penulis yang bisa menginspirasi banyak orang. Bukan, bukan memiliki rumah dilengkapi perpustakaan nan megah, atau keliling dunia, atau tinggal di Disneyland selama sisa hidupku. (Yah, kau tahulah, bukannya aku menolak sih menjalani hidup seperti itu :p)
Aku ingin memenuhi tujuan yang Ia siapkan untukku hingga Ia membiarkanku hidup sampai detik ini. Aku ingin berubah sesuai keinginanNya. Setiap hari adalah tantangan, 'bagaimana caranya menghadapi situasi ini dengan caraNya (bukan caraku)?' It seems easy when I first began, now I realized it's anything but easy.
I couldn't be thankful enough of You being presents in my life. Everyday is a gift. Thanks for giving me another year to live. Take over my whole year, my whole life.
Happy birthday to me.
Wednesday, October 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment