Ketua MUI menghimbau musisi Indonesia untuk tidak mengusung tema selingkuh dalam lagu2 mereka.
Mendengar berita itu dari sebuah acara infotainment gosip membuat saya tertawa kecil. Tertawa besar, dalam hati.
Dari demikian banyaknya masalah moralitas di Indonesia, isu inilah yang dianggap cukup penting oleh pihak MUI sehingga mereka tergelitik untuk mengambil sikap. Benar2 lelucon minggu ini.
Pemikirannya, lagu2 bertemakan selingkuh dibuat berdasarkan prediksi minat masyarakat. Dengan kata lain, memperhitungkan apakah suatu lagu dapat diterima dan disukai masyarakat. Lagu yang bagaimanakah yang disukai masyarakat? Yang mewakili kondisi dan perasaan mereka.
Kesimpulannya, banyaknya lagu dengan tema perselingkuhan, adalah potret kondisi bangsa saat ini. Analisis ini diperkuat dengan banyaknya reality show yang mengedepankan tema serupa. Jadi terpikir di benak saya, apa pelarangan lagu2 bertemakan selingkuh ini merupakan usaha menyedihkan untuk menutup2i betapa rusaknya moral bangsa? Sekalian saja pihak MUI melarang penyiaran reality show berbau perselingkuhan. Dan sinetron. Atau film. Juga buku.
Menurut ketua MUI, mereka bukannya hendak membatasi kebebasan berkreativitas, hanya ingin menghimbau para musisi untuk mempertimbangkan dampak buruk yang diakibatkan lagu2 mereka. Saya melihat pernyataan ini cukup merendahkan intelegensia masyarakat. Saya rasa pendapat salah satu musisi Indonesia yang sempat diwawancarai media infotainment itu benar, bahwa masyarakat Indonesia cukup cerdas untuk dapat menentukan dampak baik dan buruk yang dibawa sebuah media, dalam konteks ini media lagu. Saya yakin bangsa kita juga cukup cerdas untuk tidak terbawa dampak buruk lagu2 tersebut.
Rupa-rupanya kecerdasan itu tercermin dari cuplikan hasil wawancara media infotainment terhadap beberapa musisi yang membawakan lagu bertemakan selingkuh. Mereka bahkan membawa2 nama agama, mungkin sebagai usaha untuk menentang pihak MUI.
Salah satu personel band ST 12 berkomentar (seingat saya kira2 seperti ini), dalam muslim tidak ada yang namanya pacaran. Berarti tidak ada yang namanya selingkuh. Selingkuh hanya eksis setelah menikah. Sedangkan personel Kangen band menyatakan, Rasulullah saja begitu pemaaf pada orang yang bersalah sebanyak 99 kali kepadanya, apalagi kita para hambanya (tentang memaafkan perselingkuhan).
Semakin meledak saja tawa saya dalam hati. Mari kita tidak usah memperhitungkan bahwa gender para personel band tersebut di atas adalah laki2, saya hanya ingin mengomentari betapa lemahnya excuse mereka untuk perbuatan berselingkuh.
Bagi saya sih, kalau seseorang menghargai komitmen berpacaran saja tidak bisa, apalagi komitmen menikah? Untuk perkara kecil saja tidak bisa dipercaya, apalagi perkara besar?